Teori Belajar Kognitif
Teori belajar Kognitif
atau yang lebih dikenal dengan sebutan teori proses Informasi ( The information-processing theory) merupakan teori belajar dengan Proses yang mirip dengan
pengaplikasian computer dimana Informasi akan terima/masukan (INPUT), kemudian
disimpan dan pengungkapan informasi ulang (output). Teori belajar ini menekanan pada proses kognitif diri PD dalam pembelajaran.
Proses kognitif diri PD
adalah dimana PD menerima suatu rangsangan yang berupa infomasi dari alat indra
seperti mata dan telinga kemudian informasi
tersebut akan di teruskan dan di proses di system saraf
.teori pemprosesan ini menggambarakan sebuah informasi yang yang telah di pahami oleh system saraf pusat
. untuk lebih jelas berikut bagan teori pemprosesan informasi belajar.
MODEL
TEORI PEMPROSESAN INFORMASI DAN MENGINGAT
Lingkungan orang yang
sedang belajar mempengaruhi akan mempengaruhi penerima (receptor) dan masuk
kedalam sistem syaraf indera. Lingkungan memberikan rangsangan yaitu berupa
sesuatu yang dipelajari . proses penerimaan ini dikenal sebagai persepsi
selektif, dan hal ini tergantung pada kemampuan penanggapan PD melalui syaraf
inderanya. Proses selanjutnya, informasi dimasukkan kedalam memori jangka
pendek yang dikode dalam bentuk lain yaitu bersifat konseptual. Kemampuan PD untuk mengkode dan mengkonsepkan informasi itu
sangat menentukan kemampuannya menyimpan informasi itu selanjutnya. Informasi
ini juga dapat diolah oleh internal rehearsalddan disimpan dalam bagian ini
dalam waktu yang lebih lama. Reheatsald dapat juga mempunyai peranan lain,
yaitu jika informasi tersebut perlu diingat maka ia akan dimasukkan kedalam
memori jangka panjang untuk disimpan, dan jika perlu akan dipanggil kembali.
Memori jangka panjang ini bersifat permanen.
Informasi
dalam memori jangka pendek dan jangka panjang dapat dikeluarkan melalui
pembangkit tanggapan (respon generator),
yaitu yang bertugas mengubah informasi menjadi gerakan tertentu yang
dikehendaki. Pesan yang tersalur lewat pembangkit tanggapan ini akan menggerakkan
otot yang menimbulkan perbuatan (tingkah laku) yang pada giliran selanjutnya
dapat memengaruhi lingkungan.
Proses
control eksekutif (eksecutif control) dan harapan (expentacies) merupakan
sesuatu yang telah diperoleh sebelumnya, maka sengaja ia dipisahkan dari memori
jangka panjang. Control eksekutif mempengaruhi perhatian dan pemilihan terhadap
suatu masalah oleh syaraf kedua, apakah ia akan dimasukkan ke memori jangka
pendek atau disimpan didalam memori jangka panjang. Harapan yang merupakan
control eksekutif dapat berupa motivasikhusus untuk mencapai tujuan pendidikan
yang disediakan bagi PD atau sengaja dibuat oleh dirinya sendiri. Harapan ini
akan berlangsung terus menerus, ia akan memberikan kode sifat tertentu pada
sesuatu yang relevan dan melupakan sesuatu yang tidak relevan. Atau dengan kata
lain, seluruh proses internal akan mengarah ketercapaian tujuan yang menjadi
harapan PD.
Factor eksternal dan internal yang mempengaruhi
peristiwa belajar
Factor
Eksternal
Factor
Internal
Factor eksternal berupa prinsip kontinguitas,
pengulangan (repetition), dan penguatan (reinforcement). Prinsip persinggungan menyatakan
bahwa stimulus yang diinginkan dihadirkan pada waktu terjadi persentuhan dengan
respon yang diinginkan, jadi ia berhubungan dengan masalah kondisi. Prinsip
repetisi menyatakan bahwa sesuatu harus diulang-ulang atau dipratekkan agar
mempunyai retensi yang kuat, walau menurut teori ini hafalan tak banyak
berarti. Prinsip penguatan menyatakan bahwa belajar sesuatu yang baru akan
dapat diperkuat jika kejadian itu diikuti oleh peristiwa khusus yang
mengesankan.
Teori Belajar
Behavioristik-Asosiasi
Teori
belajar behavioristik – asosiasi tidak hanya menunjuk pada satu teori saja
melainkan terdiri dari berbagai teori belajar, dengan terikat suatu prinsip
dasar yang sama yaitu prinsip tingkah
laku dan atau asosiasi.
Menurut
pandangan konektivisme (Bower and Hilgard, 1981) bahwa kegiatan belajar pada
hakikatnyatidak berbeda halnya dengan prinsip asosiasi (hubungan, bond,
connection). prinsip teori konektivisme yaitu
- penguatan, aksi yang betul semakin diperkuat karena perbuatan yang dilakukannya itu memberikan motivasi kepuasan.
- Pengulangan, pengulangan perbuatan berkali akan menghasilkan suatu kebiasaan dan sesuatu yang menjadi kebiasaan kemudian akan berlangsung secara otomatis.
Menurut Hull, perjalanan antara
stimulus-response itu disela oleh variabel penyela (intervening variables) yang
akan mempengaruhi stimulus yang terkondisi itu menjadi bentuk penampilan
respons. (Bower and Hilgand. 1981). Variabel penyela itu dibedakan menjadi dua
macam yaitu variabel yang berupa faktor positif yang terdiri kebiasaan yang
kuat dan perangsang, dan variabel yang berupa faktor negatif yang terdiri dari
kondisi yang tak terbiasa dan reaksi lemah. Kuatnya respons (simbol: E) akan
ditentukan oleh kuatnya kebiasaan (simbol: H) kali perangsang (simbol: D)
dikurangi kondisi yang tidak terbiasa
(simbol: SR) ditambah reaksi yang lemah (simbol: R). Secara singkat hal
tersebut dapat dituliskan dengan mempergunakan rumus sebagai berikut: E = (H x
D) – (SR + R).
Dampak dari pengemban kurikulum
dan teori belajar behavioristik asosiasi inipun terutama dalam pengemban
pelaksanaan pembelajaran. Tentunya dapat mengambil dari berbagai teori dengan
mempertimbangkan berbagi kelebihannya untuk keperluan yang bersifat pragmatis.
Sesuai dengan teori ini, organisasi kurikulum yang dikehendaki adalah yang
bersifat terpisah antara satu bidang studi dengan bidang studi yang lain, atau
bersifat separate-subject-curriculum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar