Minggu, 09 Desember 2012

rangkuman teori belajar kognitif - behavior


Teori Belajar Kognitif
Teori belajar Kognitif atau yang lebih dikenal dengan sebutan teori proses Informasi ( The information-processing theory) merupakan  teori belajar dengan Proses yang mirip dengan pengaplikasian computer dimana Informasi akan terima/masukan (INPUT), kemudian disimpan dan pengungkapan informasi ulang (output). Teori belajar ini  menekanan pada  proses kognitif diri PD dalam pembelajaran.
Proses kognitif diri PD adalah dimana PD menerima suatu rangsangan yang berupa infomasi dari alat indra seperti mata dan telinga kemudian informasi  tersebut akan di teruskan dan di proses di  system saraf  .teori pemprosesan ini menggambarakan sebuah informasi yang  yang telah di pahami oleh system saraf pusat . untuk lebih jelas berikut bagan teori pemprosesan informasi belajar.
MODEL TEORI PEMPROSESAN INFORMASI DAN MENGINGAT



 











Lingkungan orang yang sedang belajar mempengaruhi akan mempengaruhi penerima (receptor) dan masuk kedalam sistem syaraf indera. Lingkungan memberikan rangsangan yaitu berupa sesuatu yang dipelajari . proses penerimaan ini dikenal sebagai persepsi selektif, dan hal ini tergantung pada kemampuan penanggapan PD melalui syaraf inderanya. Proses selanjutnya, informasi dimasukkan kedalam memori jangka pendek yang dikode dalam bentuk lain yaitu bersifat konseptual. Kemampuan PD  untuk mengkode dan mengkonsepkan informasi itu sangat menentukan kemampuannya menyimpan informasi itu selanjutnya. Informasi ini juga dapat diolah oleh internal rehearsalddan disimpan dalam bagian ini dalam waktu yang lebih lama. Reheatsald dapat juga mempunyai peranan lain, yaitu jika informasi tersebut perlu diingat maka ia akan dimasukkan kedalam memori jangka panjang untuk disimpan, dan jika perlu akan dipanggil kembali. Memori jangka panjang ini bersifat permanen. 
Informasi dalam memori jangka pendek dan jangka panjang dapat dikeluarkan melalui pembangkit tanggapan  (respon generator), yaitu yang bertugas mengubah informasi menjadi gerakan tertentu yang dikehendaki. Pesan yang tersalur lewat pembangkit tanggapan ini akan menggerakkan otot yang menimbulkan perbuatan (tingkah laku) yang pada giliran selanjutnya dapat memengaruhi lingkungan.
Proses control eksekutif (eksecutif control) dan harapan (expentacies) merupakan sesuatu yang telah diperoleh sebelumnya, maka sengaja ia dipisahkan dari memori jangka panjang. Control eksekutif mempengaruhi perhatian dan pemilihan terhadap suatu masalah oleh syaraf kedua, apakah ia akan dimasukkan ke memori jangka pendek atau disimpan didalam memori jangka panjang. Harapan yang merupakan control eksekutif dapat berupa motivasikhusus untuk mencapai tujuan pendidikan yang disediakan bagi PD atau sengaja dibuat oleh dirinya sendiri. Harapan ini akan berlangsung terus menerus, ia akan memberikan kode sifat tertentu pada sesuatu yang relevan dan melupakan sesuatu yang tidak relevan. Atau dengan kata lain, seluruh proses internal akan mengarah ketercapaian tujuan yang menjadi harapan PD.

Factor eksternal dan internal yang mempengaruhi peristiwa belajar
 


   Factor
   Eksternal













 


   Factor
 Internal






Factor eksternal berupa prinsip kontinguitas, pengulangan (repetition), dan penguatan (reinforcement). Prinsip persinggungan menyatakan bahwa stimulus yang diinginkan dihadirkan pada waktu terjadi persentuhan dengan respon yang diinginkan, jadi ia berhubungan dengan masalah kondisi. Prinsip repetisi menyatakan bahwa sesuatu harus diulang-ulang atau dipratekkan agar mempunyai retensi yang kuat, walau menurut teori ini hafalan tak banyak berarti. Prinsip penguatan menyatakan bahwa belajar sesuatu yang baru akan dapat diperkuat jika kejadian itu diikuti oleh peristiwa khusus yang mengesankan.
Teori Belajar Behavioristik-Asosiasi
 Teori belajar behavioristik – asosiasi tidak hanya menunjuk pada satu teori saja melainkan terdiri dari berbagai teori belajar, dengan terikat suatu prinsip dasar yang sama  yaitu prinsip tingkah laku dan atau asosiasi.
Menurut pandangan konektivisme (Bower and Hilgard, 1981) bahwa kegiatan belajar pada hakikatnyatidak berbeda halnya dengan prinsip asosiasi (hubungan, bond, connection). prinsip teori konektivisme yaitu
  1. penguatan, aksi yang betul semakin diperkuat karena perbuatan yang dilakukannya itu memberikan motivasi kepuasan.
  2. Pengulangan, pengulangan perbuatan berkali akan menghasilkan suatu kebiasaan dan sesuatu yang menjadi kebiasaan kemudian akan berlangsung secara otomatis.

Menurut Hull, perjalanan antara stimulus-response itu disela oleh variabel penyela (intervening variables) yang akan mempengaruhi stimulus yang terkondisi itu menjadi bentuk penampilan respons. (Bower and Hilgand. 1981). Variabel penyela itu dibedakan menjadi dua macam yaitu variabel yang berupa faktor positif yang terdiri kebiasaan yang kuat dan perangsang, dan variabel yang berupa faktor negatif yang terdiri dari kondisi yang tak terbiasa dan reaksi lemah. Kuatnya respons (simbol: E) akan ditentukan oleh kuatnya kebiasaan (simbol: H) kali perangsang (simbol: D) dikurangi kondisi yang tidak terbiasa  (simbol: SR) ditambah reaksi yang lemah (simbol: R). Secara singkat hal tersebut dapat dituliskan dengan mempergunakan rumus sebagai berikut: E = (H x D) – (SR + R).

Dampak dari pengemban kurikulum dan teori belajar behavioristik asosiasi inipun terutama dalam pengemban pelaksanaan pembelajaran. Tentunya dapat mengambil dari berbagai teori dengan mempertimbangkan berbagi kelebihannya untuk keperluan yang bersifat pragmatis. Sesuai dengan teori ini, organisasi kurikulum yang dikehendaki adalah yang bersifat terpisah antara satu bidang studi dengan bidang studi yang lain, atau bersifat separate-subject-curriculum.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar